Laman

Minggu, 26 Oktober 2008

Ayo-Ayo, Siapa Mau Coba Bisnis Sapo?

Setelah satu dasawarsa, Sapo Oriental membuka kesempatan waralaba. Modalnya memang lumayan gede, mencapai miliaran. Tapi, titik impasnya relatif cepat kok. Ingin cicip? Rabu siang pekan lalu deretan kursi dan meja Sapo Oriental cabang Pondok Indah Jakarta Selatan penuh sesak. Sekitar 150 undangan memadati restoran milik PT Pioneerindo Gourmet International tersebut. Ada pesta?Rupanya Sapo Oriental sedang mengadakan gathering bagi para calon terwaralaba.

Lo, bukannya restoran ini baru berdiri tahun 1992, baru berumur 10 tahun? Betul, awal berdiri namanya Oriental Food. Namun, seiring perkembangan zaman, sembilan tahun lalu manajemen memutuskan untuk mengusung nama Sapo Oriental. "Pertimbangannya dari nilai jual saja. Oriental food kan general, tak ada unggulan. Dengan ganti nama, sapo menjadi unggulan," terang Cecep Rakhman, Direktur Operasi Pioneerindo.

Setelah berganti nama, penjualan Sapo Oriental terus meningkat. Paling tidak sekitar 6.000 orang sudah menjadi member restoran ini, dan 70% di antaranya merupakan pengunjung aktif. Kini Sapo Oriental berkembang biak menjadi enam cabang di berbagai mal. Lima cabang di Jakarta, dan satu cabang lagi di Bandung. Demi melebarkan sayap, Sapo Oriental berancang-ancang menawarkan skema waralaba. "Kami murni waralaba lokal, lo," cetus Cecep. Memang, sih, koki utama mereka warga negara Malaysia kelahiran Guangdong, China. "Kita kan enggak bisa ngarang menu, harus persis dengan produk aslinya," tambah Cecep.

Untuk mendukung waralaba, Sapo Oriental telah merampungkan infrastruktur di lima kota: Medan, Padang, Palembang, Jakarta, dan Surabaya. Di sana mereka sudah memiliki gudang pendingin, truk, dan jaringan distribusi. Dengan begitu, nantinya terwaralaba tak perlu menunggu terlalu lama stok bahan baku, bumbu, atau bahan pendukung lain. "Sudah sejak lima tahun lalu kami mempersiapkan waralaba ini. Begitu distribusi kuat baru kita jalan," kata Cecep yang kelahiran Bandung.

Bisa ngendon di mal, ruko, atau rumah Menurut Cecep, lima kota itu dipilih lantaran bisa menjadi penghubung bagi kota lain. Misalnya, Medan bisa menjangkau terwaralaba di Aceh atau Sibolga. Kota Padang bisa menjangkau Sumatra bagian tengah, dan Palembang bisa mencakup Sumatra Selatan. Adapun Surabaya bisa menangkap daerah sekitarnya hingga wilayah Indonesia Timur, seperti Sulawesi dan Papua. "Yang penting bisa terjangkau dengan truk atau pelayaran," cetus Cecep.

Dengan kata lain, kesempatan waralaba berlaku bagi seluruh Indonesia. Sebagaimana bisnis makanan lain, kunci sukses waralaba ini adalah lokasi, lokasi, dan lokasi. "Kami akan memilih secermat dan secerdik mungkin jangan sampai lokasi jelek," ucap Cecep. Ia bilang, kendati terwaralaba bermodal kuat, tapi kalau tempatnya jelek, permohonannya tak bakal lolos. Kalau Anda berminat menjajal waralaba Sapo Oriental ini, siapkan saja tempat usaha di lokasi yang strategis. Mal merupakan salah satu pilihan yang pas.

Maklum, mal merupakan pusat keramaian dan mendatangkan pengunjung tanpa promosi terlalu besar. Kendati begitu, tak tertutup kemungkinan lokasi ngendon di ruko atau rumah besar, asal letaknya di tepi jalan. Untuk tempat, ukurannya minimal 150 m2. Setelah menemukan tempat yang cocok, terwaralaba harus siap merogoh koceknya. Mereka harus mengeluarkan tetek-bengek biaya seperti franchise fee, royalty fee, renovasi, deposit bahan baku dan bahan pendukung lainnya. Total jenderal seluruh investasi yang dikeluarkan sekitar Rp 1,2 miliar. Dari jumlah itu yang disetor ke pewaralaba hanya sekitar Rp 500 juta, untuk franchise fee, material pendukung dan deposit bahan baku. Untuk deposit bahan baku ini, terwaralaba harus menyetorkan dana sebesar Rp 50 juta.

Selanjutnya terwaralaba secara kontinu akan mendapatkan pasokan bahan baku, hingga jumlah depositnya habis, dan terwaralaba harus kembali menyetor deposit lagi. Untuk memikat lidah pelanggan, kepiawaian koki mengolah bahan makanan menjadi hidangan yang sedap tentu merupakan faktor mutlak. Terwaralaba tak usah pusing-pusing mencari koki yang andal. Sebab, pewaralaba yang akan memilihkan koki utama untuk setiap gerai milik terwaralaba. Meski dipilih pewaralaba, status si koki adalah karyawan yang digaji terwaralaba. "Kami harus menjaga mutu.

Kalau koki itu tak cocok bisa dikembalikan," terang Cecep. Selain butuh koki, terwaralaba juga harus punya manajer beserta asistennya dan asisten koki. Total jenderal, karyawan yang dibutuhkan mencapai 20-an orang. Ya, Sapo Oriental mewajibkan pegawainya bekerja dua shift, makanya butuh banyak pegawai. Agar usaha ini berhasil, terwaralaba juga kudu turun sendiri menjalankan usahanya. Menurut Cecep, usaha restoran seperti Sapo ini kelihatannya likuid dari segi keuangan. "Terimanya kontan, tapi bayar pemasoknya bisa mundur. Jadi, untuk mencapai sukses tidak susah," bebernya.

Namun, kalau kurang kontrol, misalnya dibohongi anak buah, usaha ini bisa gagal. Cecep yakin waralabanya bakal sukses berat, kendati investasinya lumayan gede. Apalagi berdasarkan pengalaman, gerai Sapo Oriental balik modalnya terbilang pendek: paling lama tiga tahun. Maka ia pun berhitung, paling tidak akhir tahun ini atau Maret tahun depan akan mampu menggaet sepuluh terwaralaba. Mungkin harapan yang tak terlalu berlebihan. Buktinya dalam gathering lalu, sudah ada dua calon terwaralaba yang hampir pasti. "Hitung-hitungannya menguntungkan, ya," cetus Fitriani Hamzah, salah satu calon terwaralaba. Fitriani optimistis paling lama dalam tempo tiga tahun akan bisa balik modal. Hingga kini, ia telah mengeluarkan investasi lebih dari Rp 2,5 miliar.

Maklum ia sudah meneken kontrak sewa tempat hingga tujuh tahun di Cibubur Junction. Nah, bagaimana dengan Anda?+++++Hangat Berkat Tanah LiatMenu utama yang ditawarkan Sapo Oritental, sesuai dengan namanya, adalah sapo. Makanan khas ini disajikan hangat setelah dipanaskan di claypot, panci dari tanah liat. Jadi, ciri khasnya, selain rasa yang nikmat, juga kehangatan khas yang berasal dari claypot itu. Asyiknya, Sapo Oriental paling mahal membanderol harga hanya Rp 50.000 seporsi. Pilihan menu istimewa yang ditawarkan di antaranya sapo tahu jepang yang terdiri dari 18 variasi menu.

Yang membuat sapo tahu lezat adalah tofu gurih yang dicampur ayam, paprika, bawang bombai, dan jamur hitam. Hmm, slurp...!Ada juga sapo tahu seafood bagi Anda penyuka cumi, udang, ikan kakap, dan daun bawang yang tentu saja dicampur bersama tofu. Sapo tahu seafood ini merupakan menu favorit para pelanggan Sapo Oriental. Buncis scezhuan yang khas itu juga ada di Sapo Oriental. Baby buncis, begitu sebutan buncis scezhuan, diolah dengan daging paha sapi dan bumbu lezat serta sambal scezhuan.

Bagi Anda penyuka ikan gurami, cicipi saja gurame asam manis yang lezat atau udang bola sebagai pilihan menu selain sapo. Anda penyuka sup, Sapo Oriental juga menyediakan pilihan sup perut ikan, sup jagung telur kepiting, dan sup lada hitam.Untuk minuman, aneka jus dan teh china merupakan pilihan minuman andalan yang ditawarkan Sapo Oriental. +++++Saudaranya CFCSebenarnya, Sapo Oriental bukan tawaran waralaba pertama dari PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. Sebelumnya, tahun 1984, perusahaan yang awalnya bernama PT Putra Sejahtera Pioneerindo merupakan master franchise Pioneer Chicken dari Amerika Serikat. Lima tahun berikutnya PT Putra Sejahtera Pioneerindo memutuskan penghentian kerja sama dengan Pioneer Chicken dan membuat restoran cepat saji dengan skema waralaba. Namanya California Fried Chicken (CFC).

Kendati ada embel-embel California, sesungguhnya CFC merupakan waralaba lokal. Jumlah cabang CFC pun terus berkembang biak. Saat ini mencapai 124 gerai. Nah, lantaran perubahan kepemilikan, Putra Sejahtera Pioneerindo berganti nama seperti sekarang. Berbekal sukses waralaba CFC, Pioneerindo optimistis Sapo Oriental bakal menuai sukses serupa. Makanya persiapan waralaba Sapo Oriental pun cukup panjang, makan waktu 5 tahun sebelum akhirnya ditawarkan ke masyarakat. "Itu yang membedakan kami dengan yang lain. Kami membangun jaringan terlebih dahulu. Kalau yang lain kan buka cabang dulu," paparnya bernada promosi.

Tidak ada komentar: