Laman

Senin, 27 Oktober 2008

Menjajal tawaran minimarket syariah ala PNM

Minimarket di kota memang sudah berjibun. Tapi, di daerah dan desa, peluang bisnisnya masih besar. Jika tertarik, ada tawaran minimarket syariah dari PNM. Dengan pasokan minimal 1.000 item barang berharga grosir, usaha bermodal Rp mulai 225 juta ini bisa balik modal dalam 3 tahun. Minimarket bisa dikatakan kembangnya jalan di kota-kota besar. Di Jakarta dan sekitar misalnya, minimarket telah bercokol hampir di semua ruas jalan, mulai jalan besar hingga kompleks perumahan.

Saking banyaknya, belanja di toko ritel modern ini sama gampang dengan belanja di warung tetangga. Tapi, di pelosok pedesaan, kehadiran toko modern dengan pendingin ruang plus aneka barang tertata apik, hmm..., ini termasuk baru. Apalagi jika harga jualannya tak kalah dari harga barang di pasar atau warung, tentu minimarket bakal menyedot banyak pembeli. Inilah yang sedang ditawarkan Permodalan Nasional Madani (PNM) lewat jaringan minimarket miliknya: Madani Mart. "Orang desa kalau mau belanja sembako atau elektronik kan selalu ke kota, jadi harus keluar ongkos transportasi," ujar Erwin Mardjuni, Direktur PNM. "Dengan kehadiran Madani Mart, mereka tak perlu ke kota. Duit ongkosnya bisa ditabung, deh," sambungnya.

Setelah sukses dengan proyek pionir Madani Mart di Aceh pasca-tsunami, kini perusahaan plat merah ini menawarkan kerja sama pembukaan gerai Madani Mart ke masyarakat luas. Tapi, untuk saat ini, peluang baru terbuka di daerah yang sudah memiliki PNM Daerah atau afiliasinya yang saat ini sudah ada di 18 provinsi. Oh, ya, meski fokus di daerah-daerah, peluang membuka Madani Mart juga terbuka di perkotaan, asal pasarnya ada. "Ini sistemnya waralaba plus atau kami sebut mitralaba," kata Budi Hartanto, Kepala Bagian Business & Trade Services PNM.

Seperti waralaba, PNM lewat perpanjangan tangannya, PT Madani Mart Indonesia (MMI), akan memberikan pembinaan, mencarikan pasokan barang, dan memberi hak penggunaan nama Madani Mart kepada si mitra.Berbeda dari franchise konvensional, dalam sistem mitralaba yang menganut paham syariah ini tak ada franchise fee. "Kami memungut biaya inisiasi, dan ini hanya dibayarkan sekali," tandas Budi. Selain itu, dalam sistem mitralaba ini juga tak ada royalty fee atau management fee yang besarnya dihitung dari omzet.

Nah, sesuai prinsip syariah, dalam sistem mitralaba ini ada sistem bagi hasil kepada pihak-pihak yang terkait operasional gerai. Dan, memang cukup banyak pihak yang akan menikmati bagi hasil ini. Pertama, PNM selaku pemegang merek akan memperoleh bagi hasil sebesar 5% dari laba bersih per bulannya. Kedua, MMI selaku national head office (NHO) akan memperoleh pembagian keuntungan 15%. MMI bertugas menyiapkan sistem serta koordinasi jaringan secara nasional.

Perusahaan yang mempekerjakan beberapa mantan pegawai di perusahaan ritel besar inilah yang melakukan deal dengan produsen barang seperti Unilever dan perusahaan consumer goods lainnya. "Kami memperoleh harga yang sama dengan harga pembelian hipermarket," imbuh Budi. Ketiga, PNM Daerah yang bertugas melakukan koordinasi di daerah akan memperoleh pembagian keuntungan 10%. Keempat, regional holding office (RHO), yang mengurusi pasokan barang ke seluruh gerai Madani Mart, menentukan harga jual di setiap gerai. RHO memperoleh pembagian keuntungan 15%.

Barang tambah banyak, pembeli meningkatPihak kelima, adalah si mitra yang memiliki dan mengoperasikan gerai Madani Mart sendiri. Mitra ini bisa berupa koperasi, perusahaan, atau individual. Ada tiga tipe investasi yang bisa jadi pilihan calon mitra dengan modal sekitar Rp 225 juta-Rp 325 juta dengan luas ruang 50 m2-150 m2 (lihat tabel: Tiga Paket dari Madani Mart). Oh, ya, selain berbagai barang industri yang pengadaannya dikoordinasikan secara nasional, sekitar 40% dari barang dagangan juga bisa berupa produk lokal. Misalnya, bahan makanan yang cepat rusak. "Pemilik gerai bisa mengajukan produk lokal yang ingin dijualnya kepada RHO," tandas Budi.

Yang unik pada sistem mitralaba Madani Mart ini adalah sistem harga berjenjang. Ada lima tingkatan harga di Madani Mart yang juga berfungsi sebagai grosir besar. Harga jual termurah diberikan kepada pembeli grosir sedang, disusul ke grosir kecil, pedagang warung, ke anggota, dan yang paling mahal ke pembeli ritel biasa. Pemilik gerai ini akan memperoleh pembagian keuntungan sebanyak 55% dari laba bersih gerai per bulan. Angka ini boleh jadi tampak kecil. Lalu, apa enggak mendingan buka toko sendiri saja? Budi meyakinkan, keuntungan pemilik toko dalam jaringan Madani Mart lebih besar dari pemilik toko biasa. "Dengan masuk ke jaringan Madani Mart, item barang yang mereka jual akan banyak, minimal 1.000 item, harganya pun murah," tandasnya.

Dengan item barang lebih beragam dan harga bersaing, menurut Budi, penjualan akan meningkat. Setidaknya, hal ini sudah dibuktikan Madani Mart milik KUD Usaha Tani yang berlokasi di Desa Air Putih, Indragiri Hulu, Riau. Sebelum bergabung dengan Madani Mart, toko yang berada di tengah perkebunan sawit ini hanya menjual sekitar 100 item barang. "Kami paling hanya bisa memenuhi 10% kebutuhan masyarakat di sini," beber Sutarno Kudin, Ketua KUD Usaha Tani.

Kini, setelah menjadi minimarket dengan lebih dari 1.000 item dagangan, kata Sutarno, mereka bisa memenuhi hampir semua kebutuhan masyarakat sekitarnya. Walhasil, omzet Madani Mart KUD Usaha Tani yang mulai beroperasi 28 Februari 2006 ini pun melejit. "Dulu omzet kami paling Rp 110 juta setahun. Setelah jadi Madani Mart, kini sebulan penjualan kami sudah sekitar Rp 165 juta sebulan, dengan laba bersih Rp 8 juta," beber Sutarno gembira. Dengan keuntungan segitu, Sutarno yakin modal sekitar Rp 250 juta yang mereka tanamkan bakal kembali dalam 3 tahun. Nah, Anda ataupun koperasi Anda kepengin jadi juragan minimarket di daerah?

Tidak ada komentar: