Laman

Senin, 27 Oktober 2008

Peluang Bisnis Sewa Tas & Asesoris Perempuan Buat Kaum Socialite

Ketimbang membeli tas pesta yang mahal, sebenarnya orang bisa berhemat dengan menyewa tas bermerek. Celah bisnis ini lantas disambar Smart Diva. Sebagai pemerhati selebriti, Anda tentu tidak asing dengan nama-nama Paris Hilton atau Christina Aguillera. Mereka adalah secuil selebriti kenamaan yang kerap disebut sebagai trend setter. Nah, sebagai warga Indonesia, sebenarnya tidak sulit mengikuti dandanan ala Paris Hilton. Baju dan perlengkapannya, seperti sepatu serta tas, tidak harus asli, to? "Beli saja di Blok M. Banyak kok pilihannya," celetuk seorang teman.

Tentu saja, tidak semua penduduk Indonesia mau mengaduk-aduk kawasan Blok M, Mangga Dua, atau Tajur demi mendapatkan sebuah tas mirip kepunyaan Paris Hilton. Maklum, bisa dipastikan kalau tas-tas di sana itu serupa tapi palsu. "Kalau kita datang ke event tertentu dengan tas palsu, kita pasti malu," tukas Jessica Schwarze, seorang manajer pemasaran sebuah perusahaan komputer kelas dunia. Tambah lagi, menurut pengalaman pribadi Jessica, orang-orang yang mengikuti mode harus selalu belanja tas, karena tuntutan penampilan. "Tapi, habis itu tasnya jarang dipakai lagi," ucapnya.

Acara belanja tas bermerek ini, tentu saja, membuang uang sampai puluhan juta rupiah. Pasalnya, konsumen kalangan atas lebih suka berburu tas di gerai-gerai mal kelas satu. Itu sebabnya, Jessica dan temannya, Amanda Sari, membayangkan ada perusahaan penyewaan tas bermerek di Indonesia. "Saat search di internet, saya menemukan Bagsborroworsteal di Amerika," kata Jessica. Perusahaan tersebut menyewakan tas bermerek ke seluruh Amerika.

Tanpa menunggu lama, Jessica dan Amanda pun segera membikin bisnis penyewaan serupa. "Itu ide yang bagus dan mereka sudah punya ratusan tas," kata Jessica. Ia meramalkan bahwa bisnis penyewaan tas bermerek sangat cocok di Jakarta, karena masyarakatnya brand-minded. Selain itu, mulai banyak acara di Indonesia yang ada karpet merahnya. Karpet ini bukan sembarang gelaran menuju pintu masuk saja, karena lazimnya di kanan kiri karpet dipenuhi oleh fotografer berbagai media. Alhasil, bagi sebagian orang, karpet merah menjadi catwalk. "Pasti semua orang ingin tampil oke di red carpet," ujar Jessica.

Dua bulan lalu, Jessica dan Amanda membuka penyewaan tas dengan nama Smart Diva dengan modal Rp 100 juta. Selain untuk berbelanja tas, duit itu juga untuk membeli sepeda motor bekas untuk urusan antar-jemput tas kepada pelanggan. "Harga sepeda motornya lebih murah daripada tas," cetus Jessica sambil tertawa. Dengan modal itu, mereka bisa memiliki 27 koleksi tas malam bermerek yang dibeli di gerai resmi di dalam dan luar negeri. "Kami enggak beli di butik," tutur Jessica yang menjamin 100% keaslian tas Smart Diva.

Harga tas itu beragam, dari Rp 1,5 juta sampai Rp 30 juta. Maka, mereka pun menentukan harga yang bermacam-macam pula untuk para penyewa tas. Harga sewanya berkisar antara Rp 150.000 sampai Rp 2 juta per tas untuk dua hari. "Paling laku yang mid-range, yang harga tasnya Rp 3 juta sampai Rp 10 juta. Yang harga sewa maksimum Rp 1 juta," jelas Jessica. Menjamin kerahasiaan klien penyewaBisnis Smart Diva ini tergolong baru. Maklum, masyarakat Indonesia tidak memiliki budaya sewa pakaian dan perlengkapannya, kecuali untuk keperluan perkawinan atau pentas.

Jessica menyadari hal itu, dan giat melakukan promosi melalui e-mail. "Bahkan, superstar Amerika di red carpet, dari ujung kepala sampai ujung kaki, sewa semua. Itu tidak apa-apa," ucapnya. Hasil promosi itu lumayan juga, dalam dua bulan mereka bisa menghimpun sekitar 100 anggota. Selain masalah budaya, Jessica juga mengaku terbentur masalah internet. Untuk menghemat investasi, Smart Diva dipasarkan melalui dunia maya. Masalahnya, baru segelintir orang di Jakarta yang melek internet. Itu pun bukan semua target pasar Smart Diva. "Banyak sekali ibu yang kaya-kaya dan sering ke pesta itu enggak tahu dan enggak sempat buka internet," ujar Jessica serius.

Mereka ini lebih suka menelepon dan melihat tas sebelum menyewa. Alhasil, Jessica harus mengakomodasi pasar. Dalam waktu dekat, mereka akan membuka gerai di Kemang. Jumlah tasnya pun sudah bertambah menjadi 100 unit. "Itu termasuk daybag-nya," kata Jessica. Maklumlah, menurut pengalaman Bagsborroworsteal di Amerika, daybag alias tas kerja termasuk hot item yang banyak penggemarnya. Dari penyewaan tas kerja inilah, napas Bagsborroworsteal bisa terus berembus. Pasalnya, seperti pengalaman Jessica, penyewaan evening bag hanya ramai saban akhir minggu.

Tentu saja, perhitungan sewa daybag ini tidak harian melainkan mingguan. Harganya juga disesuaikan. "Kami kasih harga khusus," jelasnya. Kendati ingin terus meluaskan pasar, Jessica tetap selektif memilih member Smart Diva. Sebelum diterima sebagai anggota, mereka akan melakukan survei kecil-kecilan, seperti mengecek orang, alamat, KTP, dan si anggota haruslah tinggal di Jabotabek. Menurut Jessica, sebagai imbalan untuk menjaga gengsi, Smart Diva menutup rapat identitas si anggota. "Antar-member enggak saling tahu," bisiknya. Dengan kondisi pasar yang seperti sekarang, Jessica optimistis bisa kembali modal dalam setahun. Tentu saja, yang ada dalam hitungan itu adalah modal awal, belum termasuk belanja tas untuk gerai.

Tidak ada komentar: