Laman

Minggu, 26 Oktober 2008

Video Klip Instan

Tak perlu repot menyewa sutradara dan membayar production house (PH) kalau cuma ingin membuat video klip. Coba saja layanan video klip digital yang murah meriah Sekarang ini memang masa serba-instan dan serbacepat. Semua barang dikemas dalam bentuk instan. Ada mi, ada kopi, ada kamera, dan ada pula rekaman diri sendiri. Kita bahkan bisa membuat klip video sendiri secara instan. Tidak perlu menyusun naskah klip, mencari kru syuting, membayar sutradara.

Modalnya juga kecil. Salah satu pembuat video klip instan ini adalah Studio Bintang Idola di WTC Serpong. Dalam studio milik Afendi yang berupa ruang berukuran 2,5 m x 3 m, ada boks macam foto digital. Di dalam boks itu terdapat satu monitor televisi, kamera video, tentu saja, tak ketinggalan tiga mikrofon untuk pengunjung yang ingin bernyanyi beramai-ramai. Keluar duit sekitar Rp 50 juta, jadilah usaha "PH" instan buat para penyanyi instan.Begitu masuk, konsumen bisa langsung memilih lagu.

Sejak itulah kamera merekam gaya dan suara sang "biduan". Kalau salah menyanyi, atau tak puas, boleh diulang. Untuk membuat satu video klip berisi tiga lagu, cukuplah merogoh kocek Rp 50.000. Harga video klip ini memang murah, karena tidak perlu studio alam atau indoor yang besar, meskipun rekaman itu juga menampilkan gambar bergerak. Menurut Afendi, latar belakang video bisa diambil gratis dari mana saja. Ada foto, film, atau apa pun yang pelanggan maui. Tak kurang dari 1.000 desain telah disiapkan. "Nanti tinggal dipadukan saja sesuai dengan keinginan," ujar Afendi.

Dalam satu video klip maksimal mereka menggunakan penggabungan tiga macam desain. Suara sumbang juga bisa diakali di sini. Afendi punya laboratorium audio untuk mengedit suara agar nyanyian terdengar merdu. Ada pula fitur yang membuat pelanggan seolah-olah menyanyi berduet dengan idolanya. Untuk permintaan ini, tarifnya lebih tinggi, yakni Rp 75.000 per tiga lagu. Perlawanan industri padat modalBarangkali karena harganya tak terlalu mahal, dalam sehari Afendi bisa menerima sekitar 20-25 orang "penyanyi". "Kalau lagi hari sepi paling cuma 18 orang," ujar Afendi.

Melongok peminat yang datang ke studio Afendi, tak heran jika ia bergairah dengan usaha ini. Para "biduan" juga puas, kendati kualitas video klipnya amat jauuuh... kalau dibandingkan dengan video klip Laskar Cinta-nya Dewa. Toh, usaha video klip instan begini mengundang kekaguman dari Dimas Jay, produser dan sutradara video klip beneran. "Itu sah-sah saja sepanjang hasilnya untuk fun dan bukan komersial," ujar Dimas.

Dimas bilang, meski bukan pembelajaran yang baik karena yang namanya instan hanya mengejar praktis, bisnis ini merupakan refleksi perlawanan pada industri musik yang sudah sedemikian padat modal. PH video klip atau film adalah bagian dari rantai industri yang mahal. Untuk membuat video klip yang sederhana, misalnya, seseorang harus mengeluarkan ongkos Rp 40 juta-Rp 70 juta. Adapun video klip yang memakai film biayanya bisa Rp Rp 80 juta-Rp 150 juta. Belum lagi harus harus berhubungan dengan major label. "Itu kan deadlock juga buat mereka karena video klip perlu modal besar, prosedurnya panjang," tutur Dimas. Nah, terbukalah peluang bisnis "PH instan" ini, ayolah.

Tidak ada komentar: